-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Maling Agamis Lebih Baik Dari Pada Maling Liar

Alkisah! Dua saudara bermaksud menunaikan ibadah wajib mingguan kaum adam. Sebelum berangkat mereka mengatur rencana, selepas ibadah Shalat Jum'at ditunaikan meneguk kopi sareng di kedai kecamatan tetangga. Sehingga keduanya sepakat untuk menyertakan laptop, buku, handphone dan rokok yang disimpan dalam bagasi kereta seiring dengan berpergian ke tempat ibadah.

Atas dasar keinginan tersebut, dua sejawat tersebut melewati kampung-kampung tetangga untuk sampai ke masjid--dimana mereka hendak beribadah. Jarak tempuh ke masjid yang terletak di tepi jalan umum itu berkisar ± 1500 meter perjalanan dari kampung halamannya.

Setelah menunggu seorang sepupu, akhirnya mereka berangkat beserta tiga saudaranya. Karena benda-benda yang disimpan dalam bagasi motor matic berupa barang eloktronik,  dua sahib itu sengaja memilih berkendaraan pelan-pelan di belakang tiga saudaranya. Dengan tiga kendaraan yang berbeda mereka hanya memerlukan durasi waktu ± lima menit tiba di lokasi.

Sesampainya di masjid, kelima saudara memarkirkan sepeda motor di celah-celah mobil para jama'ah ditempatkan. Pemuda sekampung itu enggan hati menempatkan keretanya di areal parkir yang telah tersedia. Sehingga mereka serentak memilih tempat tersebut didasari tumpukan rasa lebih dekat dengan pintu masjid. Sedangkan sebagian besar jama'ah lainnya, yang mengunakan sepmor mereka juga menempatkan keretanya di bawah rerindang beberapa pohon yang tumbuh dalam pemakaman areal halaman masjid.

Baca Juga

Selama lebih kurang satu jam ritual ibadah berlangsung, seorang sahabat yang bernama Raden keluar dari dalam masjid. Sedangkan temannya pemilik kereta, masih enggan mengangkat tubuhnya dari shaf tempat semula Ia duduk. Raden melihat sekutunya itu  tengah menadahkan kedua tangannya ke atas. Padahal, ritual ibadah telah selesai. "Mungkin masih banyak rangkaian do'a yang belum tuntas ia panjatkan," batinnya.

Raden mulai melangakah ke teras masjid dan memakai sepasang sandal jepit yang berwarna oren, miliknya. Setapak demi setapak ia berjalan menuju tempat kereta temannya di parkir. Setibanya di hadapam kereta ia menganga. Sontak mulutnya terbuka. Dua bola mata melihat smartphone kepunyaannya berada di kotak bagasi depan motor matic. Terperanjat tangan kanan meraih benda yang semula disimpan dalam bagasi bawah jok berpindah ke kotak bagasi depan sebelah kiri Vario. "Aneh! Kok bisa?!" gumannya dalam hati.

Raden mencubit pipi kirinya. Ia memastikan apakah dirinya sedang bermimpi, atau sebaliknya. Tanpa mencoba menarik jok kereta, dirinya kembali melangkah dengan gegabah menuju teras rumah Tuhan. "Kenapa kamu memindahkan smartphone saya ke kotak bagasi depan?" tanyanya ketika melihat Basyah berada di pintu masjid. Nada suaranya yang tinggi mengundang penasaran beberapa jama'ah yang sedang hendak memakai sandal.

Cengar-cengir Basyah tersenyum kecil karena tuduhan yang tidak logis dilontarkan teman sejawat yang baru saja keluar dari Masjid. Raden memperlihatkan smartphone samsung miliknya yang semula sama-sama mereka simpan di bagasi bawah jok Vario.

"Eumm," guman Basyah seraya melemparkan senyum kecil ke temannya. Ia memahami betul keadaan sekitar masjid itu. Ia mulai menebak-nebak suatu hal yang baru saja menimpa mereka berdua. Beberapa pekan yang lalu, panitia masjid juga sempat mengumumkan kehilangan satu kotak amal milik masjid. "Memang, maling agamis tidak separah maling-maling yang berkeliaran di tempat liar atau di areal sejumlah hukum dibentuk. Mereka lebih toleran," pikirnya.

Kemudian keduanya kembali melangkah ke tempat kereta di parkir. Basyah menarik-narik jok ternyata sama sekali tidak terbuka. Sementara itu smartphone kepunyaan Raden ada di genggamannya. Aneh, dua sahabat itu mulai linglung kebingunan. Mengingat beberapa barang lain yang berharga di dalam bagasi saat Basyah membuka jok kereta. Mereka berdua memastikan barang-barang yang disimpan dalam bagasi. "Rokokku hilang," kata Raden.

Sementara notebook Asus 14 inch, Samsung Grand Prime, buku Dijamin Bukan Mimpi, buku Hidup Jangan Seperti Babi dan Kera dan Carger Smartphone Infinix Note 2 masih utuh seperti sedia kalanya. Diperkirakan harga beli sebesar 5.454.000,00 (lima juta empat ratus lima puluh empat ribu) rupiah.

Mungkin maling baru saja mengamalkan mauidhah (ceramah agama) sang khattib di dalam masjid. Sehingga ia tidak begitu tamak ketika mencuri. Sebungkus rokok lebih baik dari pada lima juta karena gandaan dosa lebih berat tanggungannya. Dalam ceramah, tadi khatib juga sempat menyampaikan, "Kerjakan olehmu perbuatan dosa, sesuai dengan kemampuanmu menanggung azab Allah Swt."

"Terimaksih maling, terimakasih banyak. Kiranya engkau ada disini, saat ini (bukan saat shalat jumat). Sungguh dua bungkus rokok yang lain akan kuberikan untukmu, sebagai tanda ucapan terimakasih di hari barakah ini," Teriak Raden di bawah pokok Hasan.

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel