-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Fauzi Ramli | Coretan yang tak bermanfaat ini sengaja kutulis. Kupersembahkan teruntuk dikau; temanku yang sedang berputih tulang bahkan berlarut malam di tempat kerja. Tanpa bermaksud menasehati, pagi buta menjadi saksi bisu akan tulisanku–tulus untukmu.

Kutahu, "Nasehat itu mudah, yang susah menerimanya." Tetapi, besar harapan coretan akan tetap kulanjut, hanya sebagai wujud cangkulku yang akan memberimu segumpal semangat dalam mengarungi samudera hidup.

Siang yang tak bersahat menemanimu. Malam yang tak begitu pekat terus kau laju. Cahaya rembulan sudah tak ada bedanya lagi dengan sinaran mentari yang menembus sela pori badanmu, binarnya pun memecahkan otak seisi tengkorakmu.

Baca Juga


Shahabahku. Sesekali cobalah kau tatap tajam ke atas. Di sana kan kau dapati langit yang menjulang tinggi, teguh tak bertiang. Kemudian, kau buka saja mata batinmu itu. Karena di sebalik tirainya kan kau dapatkan banjar ke dua hingga ke tujuh susunannya.

Namun, sesekali kau harus melihatnya ke bawah. Di sebalik rerata tanah yang saat ini kau pijak, terdapat lapisan kerak tak terhingga. Sesaat kau buka mata hatimu, di situ kau tatap lapisan; lempeng bumi nan terdalam. Bahkan, kau akan memperdapat kekuasaan Tuhanmu, yang belum pernah terjamah.

Selama matahari masih setia keluar dari ufuk yang semula, keduanya tak akan pernah roboh. Meskipun gunung; paku bumi saat ini gencar-gencarnya dihancurkan namun tak pernah membuatnya lemah.

Mulailah kau coba pegang kedua pipimu. Cubit ia keras-keras–sekuat yang kau mahu. Bila belum terasa puas, berteriaklah sekeras yang engkau mahu hingga pantulan suara memulihkan rasamu.

Namun bila dengan itu belum merasa cukup bagi benakmu, katakan "ini hidup" kepada sawah yang luas, kepada pematang sawah yang membentang, juga kepada rereputan yang sedang mengelilimu. Katakan dengan suara melentang, hingga kau dapati ilalang bergoyang mengikuti irama teriakanmu. Perlahan–kau bisikkan saja pada mereka, "Aku masih hidup. Tak mustahil keinginanku kan kudapat."

Dear sahabat!
Bertafakurlah sejenak setelah batinmu sedikit merasa puas. Betapa sulitnya menjalani hidup tatkala meraih angan yang tak mungkin bisa engkau gapai. Betapa sukarnya menyelemi lapisan bumi yang tak pernah terjamah. Berpikirlah, seandainya engkau di ketinggian langit yang menjulang, akankah dikau selamat tatkala sebongkah awan membencimu, lalu menjatuhkanmu kembali ke bumi! Seandainya lapisan terdalam lempengan bumi pun kau jamah, berapa lamanya enggkau sanggup bertahan dengan suhunya!

Selama hayat masih dikandung badan,Tuhan akan selalu memberikan berjuta-juta cara untuk hambaNya yang mau bersyukur terhadap nikmatNya. Ini hidup, bukankah hidup ini salah satu bagian dari nikmat lainnya?!

Setiap kendala atau biasa disebutnya 'ujian', pastilah ada penyelesaian. Penyelesain yang baik hanya diperoleh melalui hasil kerja keras yang baik. Penyelesaian yang terbaik diperdapat dari kerja keras yang terbaik. Pun demikian untuk penyelesaian yang lebih baik, usaha dan kerja keras yang terbaiklah jalan untuk memperdapatkannya.

Dear sahabat!
Istiqamahlah dalam mensyukuri setiap nikmat yang telah Tuhan beri. Bukankah diantara janjiNya adalah menambah-nambah nikmat hingga berlipat-ganda bagi siapa saja yang mau bersyukur?! Ingat, Tuhan tidak pernah tidur, tidak pernah buta. Ia, saban waktu melihat terhadap apa yang ditekuni hambaNya. Ia, Maha Tahu.

Dear sahabat!
Istiqamahlah mensyukuri nikmat Tuhanmu. Dengan itu semangatmu akan bertambah. Dengan itu pula senyummu mudah merekah. Setiap masalah, kan kau dapatkan solusinya. Yakinkanlah hatimu kepada Tuhan. Karena Ia Sang Maha Segalanya.

Untukmu Sahabat Yang Tak Kusebut Namanya. Fauzi, Untukmu Sahabat Yang Tak Kusebut Namanya
Maktabah, Ramadan - 16 1438 H


Untuk Sahabat
Untukmu Sahabat Yang Tak Kusebut Namanya

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel