-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Ketika Uang Meugang Jomblo Dirampok

Fauzi Ramli - Dalam tulisan yang relatif singkat ini, saya ingin berbagi pengalaman–lintasan lalu lintas. Minggu, 21 Mei, 2017 tepat pukul 15.00 saya bersama seorang teman dihentikan oleh seorang petugas yang melakukan razia dengan sistem hunting di jalan depan MRB, Banda Aceh. 


Dengan penuh kesadaran coretan singkat ini sengaja saya tulis, karena menganggap bermanfaat bagi saya sendiri sebagai pengalaman. Mungkin, juga berguna bagi siapa saja yang membacanya. Keep waspada dan berhati dua, (hati-hati). Cikidot...

Tinggal menghitung hari tibanya Meugang. Selang–kurang tiga puluh hari kemudian lebaran pun datang. Bagi kepala keluarga, momentum dua hari tersebut lazimnya membutuhkan biaya besar untuk kebutuhan hari meugang dan keperluan ramadhan serta hajat lebaran.


Semua kita mengetahui bahwa; mentaati peraturan lalu lintas dengan menjaga standar tertib administrasi, dan membiasakan diri untuk memeriksa kelengkapan surat serta mengenakan helm berstandar nasional tatkala hendak berkemudi tak ubah umpanya, seperti pepatah; 'Sediakan payung sebelum hujan'.


Hujan, rahmat Tuhan yang tidak dapat diprediksi oleh siapapun yang menghindari dirinya dari kepribadian yang mereka-reka/meramal. Adakalanya, ia turun sesaat setelah langit menghitam. Sekali waktu, turunnya sejenak setelah panas matahari membakar sendi-sendi dan isi kerak bumi.


Mengenai metode penurunan hujan, Al-'Allamah Asy-Syaikh Ahmad bin Muhammad Ash-Shawi Al-Maliki dalam kitabnya yang berjudul "Hasyiah Ash-Shawi 'ala Tafsir Al-Jalalain" mengemukakan, bahwa; terdapat dua gagasan terkait proses turunnya hujan ke bumi.


Pertama; menurut faham aliran Ahli Sunnah wal Jama'ah, air hujan berasal dari surga. Allah menaruh di atas awan sesuai dengan kadarnya. Kemudian bongkahan awan yang berisikan air tersebut dihujaniNya ke permukaan-permukaan bumi–dimana tempat Ia kehendaki.


Kedua; menurut anggapan aliran Mu'tazilah, air hujan turun ke bumi melalui proses penguapan. Air laut yang asin diserap oleh ketinggian gumpalan kabut setakar dengan ukurannya. Kemudian udara meniupnya hingga tawar. Lalu, Allah membawa kabut yang berisi air di dalamnya untuk dihujaniNya ke bumi–di daerah-daerah tertentu yang kehendakiNya.


Nah! Selaku masyarakat biasa, kita tidak pernah tahu dan dapat memprediksi terhadap kapan serta dimana areal razia/pemeriksaan serentak dilaksanakan. Sehingga, ulah ketidakhati-hatian diri sendiri acap menjadi korban kepiawaian sang pemegang mandat.


Kerab waktu dan keadaan kian mengubah kehidupan seseorang; dari semulanya tidak baik menjadi baik, dari baik berubah menjadi lebih baik, bahkan dari yang dulunya tidak baik menjadi lebih buruk. Inilah kehidupan, semua berputar pada porosnya.


Kendati meugang di depan mata, logika sederhananya seorang kepala keluarga membutuhkan biaya besar. Meskipun bertepatan dengan tanggal tua, sebagai seorang yang mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga hendaklah menyiapkan persiapan meugang. Berbagai cara pun harus dilakukannya demi mengantongi uang perangsang untuk membeli daging dan serta kelengkapan Ramadhan lainnya.


Karena dianggap telah berhasil mengenyam pendidikan ala militeran, mereka diberi kekuasaan oleh pemerintah untuk menjaga keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas warga di hari-hari biasa hingga hari-hari besar. Selain itu, mereka juga diberi amanah untuk menjaga keamanan negara dari berbagai macam ancaman.


Terlepas dari geng–mu'allamah lil bilad, mereka hanyalah kawanan manusia-manusia biasa. Sama seperti sekelompok manusia lain. Membutuhkan makan dan minum. Mempunyai tanggung jawab terhadap keluarga serta keinginan untuk mencukupi kebutuhan hidup lainnya.

Namun demikian, sering karena kesombongan mereka– yang masih labil, menggunakan mandat di areal tempat ia bekerja hanya untuk mencapai hasrat syahwatnya saja. Sehingga dengan itu ia merampas hak-hak orang lain, layaknya sang Qatha' Thariq.


Ulasan di atas berbeda dengan perihal yang dialami petugas keamanan di wilayah Aceh. Khususan di Aceh, dengan surat tugas mereka konsisten menjaga keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas. Tidak menakut-nakuti warga, apalagi merampas haknya. Justru dengan keramahtamahannya mereka dikenal dan dibanggakan oleh pemerintah daerah serta dihormati oleh kalangan masyarakat setempat.


AKBP Drs. H. Adnan atau dikenal "Polisi meu pep-pep" salah seorang contoh panutan masyarakat Aceh. Pria yang berkelahiran di Meureudu 10/03/1960 ini tidak pernah bosan-bosannya memberi peringatan kepada setiap pengendara pengguna jalan yang tidak mentaati aturan lalu lintas. Berkat kesederhaan dan konsistesinya, ia sempat meperoleh beberapa kali penghargaan dari pemerintah Aceh, pemerintah Kota, bahkan dari beberapa lembaga pembatu kepemerintahan Aceh lainnya.


Namun, terlepas dari itu, seyogyanya bagi siapa saja dan dimana saja–para driver, tetap berwaspada dan mawas diri supaya tidak berurusan dengan gangster jalanan tersebut. Senatiasa mengingat anak, istri serta sanak famili yang sedang menunggu dan menanti-nanti kepulangan Anda, di rumah.

Banda Aceh, 23/05/2017
Uang Jomblo
Ilustrasi; Ketika Uang Meugang Jomblo Dirampok

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel