Haba Pos Jaga Efek Pemilukada
Sunday, October 30, 2016
"Besok, anak-anak pergi melancong ke pantai Manohara. Sela-sela kaki mereka kita taruk joran." sapa pria dua anak seraya melangkahkan kaki menuju pos kamling.
.
"Haahhh, boss! bagaimana kalau kita pergi hari ini? Itung-itung silaturrahim lho." Sahut pemuda yang beracsesorikan janggut tipis di dagunya.
.
"Hahaha." Pos kamling semakin riuh setelah para pemuda penunggu tertawa sama-sama.
.
"Begitulah adanya kegiatan di kampung, kerjaannya cuma ..." celetuh pria beranak tiga sambil mengunyah mie caluknya, ia memotong pembicaraan dengan mengangkatkan tangannya sebagai isyarat.
.
"Mancing?" tanya pemuda berbadan kekar yang baru pulang dari perantauan.
.
"Iya. Kerjaannya cuma mancing. Seolah, punya gaji jutaan perbulannya." sambung laki-laki paruh baya.
.
Sambil meletakkan sendok di piring mie caluknya, pria berjenggot tipis itu berguman, "Ada tiga hal yang dicari manusia dalam hidup ini. Pertama, kesenangan. Kedua, kekayaan. Ketiga, ketenangan. Pertama dan kedua itu sifatnya relatif, sedangkan yang ketiga tunggal."
.
Semula pos kamling riuh, sesaat hening dan senyap."Sepertinya ada malaikat yang sedang lewat." tambah seorang Ayah yang beranak empat.
.
Sejurus menjatuhkan tangan yang sedang menyila jenggot, pria itu melanjut, "Memaknai 'senang' dalam hidup, semua individu punya kesempatan. Walaupun terjamahnya berbeda, tetapi 'senang' tetap saja didapatkan. Begitu juga dengan 'kaya' konteks harta, malahan sebagian orang sudah meninggalkannya ketika ia tau bahwa harta pemiliknya adalah keluarga/ahli waris. Nah, berbicara 'ketenangan'. Cuma sedikit diantara kita yang mampu meraihnya. Intinya, politik-politik yang memarketkan 'agama' sama seperti anak-anak yang takut ma'op ketika malam hari."
.
Pemuda yang baru pulang dari perantauan menarik dompet di kantong belakangnya, "Wak Roih,,,, coba dihitung berapa bayarannya yang sudah kami makan, saya traktir semua."
.
"Haahhh, boss! bagaimana kalau kita pergi hari ini? Itung-itung silaturrahim lho." Sahut pemuda yang beracsesorikan janggut tipis di dagunya.
"Hahaha." Pos kamling semakin riuh setelah para pemuda penunggu tertawa sama-sama.
Baca Juga
"Begitulah adanya kegiatan di kampung, kerjaannya cuma ..." celetuh pria beranak tiga sambil mengunyah mie caluknya, ia memotong pembicaraan dengan mengangkatkan tangannya sebagai isyarat.
.
"Mancing?" tanya pemuda berbadan kekar yang baru pulang dari perantauan.
.
"Iya. Kerjaannya cuma mancing. Seolah, punya gaji jutaan perbulannya." sambung laki-laki paruh baya.
Sambil meletakkan sendok di piring mie caluknya, pria berjenggot tipis itu berguman, "Ada tiga hal yang dicari manusia dalam hidup ini. Pertama, kesenangan. Kedua, kekayaan. Ketiga, ketenangan. Pertama dan kedua itu sifatnya relatif, sedangkan yang ketiga tunggal."
.
Semula pos kamling riuh, sesaat hening dan senyap."Sepertinya ada malaikat yang sedang lewat." tambah seorang Ayah yang beranak empat.
.
Sejurus menjatuhkan tangan yang sedang menyila jenggot, pria itu melanjut, "Memaknai 'senang' dalam hidup, semua individu punya kesempatan. Walaupun terjamahnya berbeda, tetapi 'senang' tetap saja didapatkan. Begitu juga dengan 'kaya' konteks harta, malahan sebagian orang sudah meninggalkannya ketika ia tau bahwa harta pemiliknya adalah keluarga/ahli waris. Nah, berbicara 'ketenangan'. Cuma sedikit diantara kita yang mampu meraihnya. Intinya, politik-politik yang memarketkan 'agama' sama seperti anak-anak yang takut ma'op ketika malam hari."
.
Pemuda yang baru pulang dari perantauan menarik dompet di kantong belakangnya, "Wak Roih,,,, coba dihitung berapa bayarannya yang sudah kami makan, saya traktir semua."