-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Hujan Desember dan Kebaikan Kecil | Kisah Inspiratif

Hujan Desember
Ilustrasi: Hujan Desember dan Kebaikan Kecil
Fauzi RamliSepagi ini cuaca masih mendung. Desember memang sedang musim hujan. Hujan baru saja reda setelah subuh. Air tergenang di beberapa bagian halaman rumah. Matahari pun masih enggan menampakkan wujudnya. Dek wir, mahasiswi semester akhir salah satu Universitas ternama di daerahnya—sedang bersiap-siap pergi ke kampus. Sementara teman sekamarnya masih bermalas-malasan di kasur.

"Kok cepat kali ngampus hari ini? Padahal kamu gak ada jadwal pagi" tanya Suzy, saat melihatnya sedang berkaca di depan cermin.

“Atau, jangan-jangan ada janjian?" goda Suzy, seraya melepaskan tawanya.

"Ente taunya itu-itu saja,” balas Dek Wir dengan raut wajah sebal.

"Jadi ngapain juga ngampus jam segini?" lanjut Suzy.

Baca Juga

Acuh tak aceh Dek Wir tidak lagi menjawab. Malah dia menimpuk kawan sekamarnya dengan bantal. Lalu keluar menuju ke ruang tempat parkir. Lantaran cuacanya mendung, ia tidak lagi berlama-lama memanaskan motornya. Rintik hujan pun menyambut perjalannya pagi itu, tanpa memakai mantel.

Sela-sela berkendaran, ia melihat seorang ibu sedang mendorong motor dari jarak seratus meter. Seorang anak kecil berseragam merah putih mengikutinya. “Barangkali si ibu kehabisan bensin atau bocor ban,” ia membatin.

Saat itu Dek Wir mempertajam laju motonya, dan berhenti lima meter dari jarak si ibu. Setelah mematikan mesin, ia menghampirinya seraya bertanya, “Kenapa dengan motornya, Bu? Ada yang bisa dibantu?”

“Ini, Dek. Bensinnya habis,” jawab si ibu sembari menghela nafas karena kelelahan.

“Sebentar ya, Bu,” balas Dek Wir sambil membalikkan badannya menuju tempat sepeda motor di parkir. Seketika itu sebotol bensin yang disimpan dalam jog diambilnya, dan diserahkan untuk wanita tua itu.

Kebiasan Dek Wir membawa bensin tambahan terinspirasi dari salah satu postingan bijak seorang teman mayanya. Lebih-lebih lagi sebelumnya ia juga pernah mengalami hal yang sedana dengan wanita malang itu.

Beberapa hari yang lalu—saat hendak mengikuti ujian TOAFL, motor yang dikenderai Dek Wir berulah. Akibatnya ia terpaksa mendorong motor buntutnya ke Pom Bensin, tanpa mendapatkan bantuan dari seorangpun yang berlalu-lang di jalan. Ia harus berpeluh-peluh sepanjang satu kilo meter perjalanan sebelum tiba di tempat tujuannya.

Setelah mengisi bensin, ia pun bergegas ke kampus. Ironinya saat tiba di depan ruang tes pengawas ujian melarangnya masuk. Seraya melihat ke arah jam tangan pengawas mengisyarat bahwa Dek Wir datang terlambat. Tanpa negosiasi sedikitpun ia menaruh sangka bahwa sepeda motor telah mengecewakannya hari itu.

Berbekal dari pengalaman dan postingan seorang teman dunia maya tentang secuil kebaikan, Dek Wir selalu siaga—menyediakan stok bensin tambahan yang disimpan dalam bagasi. Tatkala melihat pengendara yang mendorong sepeda motor, ia pun memberikan dengan cuma-cuma bensin tambahan yang dibawanya kemanapun ia pergi. Ia berharap supaya orang lain tidak lagi mengalami hal yang serupa dengannya dihari itu

"Makasih ya, Nak," kata si ibu setelah menerima sebotol bensin pemberian Dek Wir.

“Siapa namamu?” si ibu kembali bertanya saat ia hendak pamitan.

“Wirda,” jawabnya sembari melempar senyuman tulus ke arah si ibu.

Gerimis yang semula berjatuhan pelan-pelan, tak terbendung berubah menjadi hujan deras. Di tempat-tempat tertentu—areal perkampusan Dek Wir mulai digenangi rahmat Tuhan. Sembari menunggu keberlangsungan jadwal tes, ia pun merekam jejak si ibu malang yang sempat dibantunya. “Semoga wanita tua itu tidak kehujan,” ia membatin.

Fadlullah Yuza
Penulis: Fadlullah Yuza, penggiat sastra

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel