-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh | Save Green MRB

Pannitia Pawai Karnaval 1 Muharram MTsS MUQ Pagar Air Banda Aceh Sabtu 25/10/2014 1436 Hijriyah
Panitia Pawai Karnaval 1 Muharram 1436 H MTsS MUQ Pagar Air, Sabtu, 25/10/2014 M, Banda Aceh 

Fauzi RamliMasjid Raya Baiturrahman dengan wajah baru saja diresmikan, Sabtu 13/5/17. Namun, proyek renovasi dan rehabilitasi yang menghabiskan miliaran Rupiah uang negara itu masih saja menuai pro-kontra di kalangan warga. Kali ini, bentuk wc dinilai oleh sejumlah warga sangat tidak sejurus dengan konsep syar'i yang selama ini dibangga-banggakan di bumi Serambi Mekah. Konon, warga menyebutnya 'payung kiblatnya ke Madinah, wc ala negeri penjajah'.

Melihat lebih jauh ke belakang, proyek megah masa kepemimpinan Zaini Abdullah ini pun sempat diserang kritikan dari berbagai kalangan. Bahkan saat pertama kali desaign wajah barunya diluncurkan. Protes bermunculan karena desaign barunya dinilai sangat tidak memperhatikan lingkungan. Apalagi sebuah pohon Geulumpang yang berada di halaman kiri depan masjid ikut dirobohkan. Di bawah pohon itu juga seorang jenderal Belanda mati di tangan pahlawan Aceh. Hastag, #SaveGreenMRB pun ikut ramai diperbincangkan pengguna internet sebagai aksi penolakan proyek tersebut.

Sayang seribu kali sayang, harapan masyarakat layaknya panggang nan jauh dari api, tak ada yang terdengarkan. Sehingga marmer buatan Italia yang konon katanya dipotong di Cina perlahan dipasang. Begitu juga payung buatan Belanda yang konon katanya dirakit di Bekasi perlahan didirikan di atas hidrolik yang dipesan dari Jerman.

Mungkin, jika wc Masjid Raya Baiturrahman tidak menuai kontra, proyek besutan Abu Doto itu menjadikan kebanggaan tersendiri di benak warga Aceh. Karena sikap semena-mena pemerintah daerah acapkali menuai pro-kontra kalangan masyarakat, sehingga rentan menjadi bulian terhadap kebijakan yang diambilnya.

Baca Juga

Alhasil, hadiah/kado terindah yang diperoleh sebelum dan pasca kepemimpinannya hanyalah bingkisan cacian. Wajar, bahkan pantas cacimaki rakyat diterimanya. Selama ia menjabat kerap memimpin kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok tertentu saja, bukan rakyat jelata.

Semasa kerajaan Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam tahun 1022 H/1612 M, Mesjid Raya Baiturrahman dibangun sebagai tempat ibadah. Berbeda dengan kepemerintahan era sekarang, berkat kepongahannya MRB dijadikan sebagai tempat untuk mengundang daya tarik parawisata dunia. Sehingga tempat qadha hajat ala eropa pun disediakan serta disesuaikan dengan wisatawan mancan negara.

Ironinya, beberapa waktu sebelum MRB selesai direhab para pengguna media massa kembali mulai berfoto di areal mesjid wisata tersebut. Setelah mesjid yang serba jet set itu diresmikan, penggunan media massa berduyun-duyun datang–untuk menghunting foto seraya berpose di bawah payung buatan Belanda yang beralaskan marmer Italia sampai ke tempat buang hajat yang tidak sesuai dengan kehendak syariat.

Mungkinkah sudah tiba masanya pemimpin bejat mendikte masyarakat jahat!?
Wallahu a'lamu bisshawab...

Fauzi Ramli, Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh | Save Green MRB

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel