Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh | Save Green MRB
Monday, May 15, 2017
![]() |
Panitia Pawai Karnaval 1 Muharram 1436 H MTsS MUQ Pagar Air, Sabtu, 25/10/2014 M, Banda Aceh |
Fauzi Ramli | Masjid Raya Baiturrahman dengan wajah baru saja diresmikan, Sabtu 13/5/17. Namun, proyek
renovasi dan rehabilitasi yang menghabiskan miliaran Rupiah uang negara itu
masih saja menuai pro-kontra di kalangan warga. Kali ini, bentuk wc dinilai
oleh sejumlah warga sangat tidak sejurus dengan konsep syar'i yang selama ini
dibangga-banggakan di bumi Serambi Mekah. Konon, warga menyebutnya 'payung
kiblatnya ke Madinah, wc ala negeri penjajah'.
Melihat lebih jauh
ke belakang, proyek megah masa kepemimpinan Zaini Abdullah ini pun sempat
diserang kritikan dari berbagai kalangan. Bahkan saat pertama kali desaign
wajah barunya diluncurkan. Protes bermunculan karena desaign barunya dinilai
sangat tidak memperhatikan lingkungan. Apalagi sebuah pohon Geulumpang yang
berada di halaman kiri depan masjid ikut dirobohkan. Di bawah pohon itu juga
seorang jenderal Belanda mati di tangan pahlawan Aceh. Hastag, #SaveGreenMRB
pun ikut ramai diperbincangkan pengguna internet sebagai aksi penolakan proyek
tersebut.
Sayang seribu kali
sayang, harapan masyarakat layaknya panggang nan jauh dari api, tak ada yang
terdengarkan. Sehingga marmer buatan Italia yang konon katanya dipotong di Cina
perlahan dipasang. Begitu juga payung buatan Belanda yang konon katanya dirakit
di Bekasi perlahan didirikan di atas hidrolik yang dipesan dari Jerman.
Mungkin, jika wc
Masjid Raya Baiturrahman tidak menuai kontra, proyek besutan Abu Doto itu
menjadikan kebanggaan tersendiri di benak warga Aceh. Karena sikap semena-mena
pemerintah daerah acapkali menuai pro-kontra kalangan masyarakat, sehingga rentan
menjadi bulian terhadap kebijakan yang diambilnya.
Alhasil, hadiah/kado
terindah yang diperoleh sebelum dan pasca kepemimpinannya hanyalah bingkisan
cacian. Wajar, bahkan pantas cacimaki rakyat diterimanya. Selama ia menjabat
kerap memimpin kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok tertentu saja, bukan
rakyat jelata.
Semasa kerajaan
Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam tahun 1022 H/1612 M, Mesjid Raya Baiturrahman
dibangun sebagai tempat ibadah. Berbeda dengan kepemerintahan era sekarang,
berkat kepongahannya MRB dijadikan sebagai tempat untuk mengundang daya tarik
parawisata dunia. Sehingga tempat qadha hajat ala eropa pun disediakan serta
disesuaikan dengan wisatawan mancan negara.
Ironinya, beberapa waktu sebelum
MRB selesai direhab para pengguna media massa kembali mulai berfoto di areal
mesjid wisata tersebut. Setelah mesjid yang serba jet set itu diresmikan,
penggunan media massa berduyun-duyun datang–untuk menghunting foto seraya
berpose di bawah payung buatan Belanda yang beralaskan marmer Italia sampai ke
tempat buang hajat yang tidak sesuai dengan kehendak syariat.
Mungkinkah sudah
tiba masanya pemimpin bejat mendikte masyarakat jahat!?