-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Puisi Mukidi dalam Sianida


Mukidi,
Harusnya kau tahu
Aku serdadu rindu di ufuk biru ingin menyapamu
Tidakkah kau tahu bahwa lereng guaku lusuh

Baca Juga

Hujan kemarin membasuh peluh di tubuh
Namun pertapaanku kian terusik jejak-jejakmu

Kau datang alasan menjengukku
Dalam sadar kau tancapkan irisan batu di benalu
Andaikan matamu tidak terpejam saat itu
Kan kau biarkan ia bersandar di pundakku
Kerakusanmu telah menghentikan jantungku

"Stooopp
Aku sedang tidak ingin mendengar pepatahmu."

Aku yang terus sendiri di gemerlapan palsu
Perputaran waktu menemani pembaringanku
Asa memudar di terik pekik dedaun layu
Tidakkah kau merinduiku?
Meski kisah racun merek madu telah berlalu
Kau, sahabatku!

Owh Jesica...!
Apa kabarmu?
Masihkah darahmu setegar hari itu?
Sesungguhnya semeja denganmu kerinduan
Es kopi vietnam impian dan harapan
Bersamamu, sahabatku!

Owh Jesica...!
Bagaimana keadaanmu?
Mukidi-mukidi itu datang dan melihatmu

Andaikan mukidi itu menyapaku
Ku ingin mereka lihat
Ku ingin mereka tau
"Ada mukidi yang tercipta antara kita berdua"

Tabahkanlah hatimu, sahabatku
Biarkan masa menenggelamkan mukidi itu
Mukidi, pasti berlalu...!
Fauzi Ramli,  Puisi Mukidi dalam Sianida
Pidie, 14/07/2017
Mukidi dalam Sianida
Screenshoot: Mukidi dalam Sianida

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel