-->

Entri yang Diunggulkan

Untukmu Sahabat Yang Namanya Tak Kusebut

Apa Karya: Pula Janeng Ngat Bek Deuk

Fauzi Ramli - Fenomenal Janeng kembali viral di lini maya setelah puluhan tahun tenggelam di dunia nyata. Wajar! Faktor pelestarian alam dan budaya. Akibatnya, mayoritas masyarakat Aceh tidak lagi mengenal Janeng. Apalagi generasi 90an ke atas, minim sekali yang mengetahui bagaimana bentuk dan rasanya sang Janeng.

Terhadap generasi-generasi yang pernah mengkosumsi Janeng, tentu mengetahui apa itu Janeng dan bagaimana bentuknya. Berbeda dengan kalangan yang sama sekali belum pernah melihat dan mendengar perihal Janeng, mereka akan terkejut dan bertanya tentang Janeng ketika sang Janeng menjadi viral.

Setalah selesainya debat kandidat sesi terakhir, 31/01/2017. Para pengguna media sosial digalakkan memposting quotes Janeng, bla bla bla. Meme-meme Janeng pun beredar cepat di branda Facebook, akun Twitter dan Bbm. Pengrajin blog juga tidak tinggal diam memanfaatkan berita viral tersebut.

Apa Karya, salah seorang peserta debat kandidat calon gubernur Aceh–yang dikenal masyarakat Aceh dengan keacehaan dan humoris nan melekat kental dari raut parasnya. Sehingga, masyarakat pencinta humor–melihatnya saja, langsung meninggalkan sejuta tawa. Lebih-lebih lagi ketika tutur bahasa yang dikeluarkannya. Spontanitas para audien memperhatikan dan mendengar tentang apa yang akan diungkapkan oleh seorang Apa.

Di atas pentas debat kandidat, Apa bersuara; menganjurkan masyarakat Aceh untuk menanam Janeng supaya tidak lapar. Belum habis pembicaraannya ditutup, teriak histeris penonton yang di depan panggung terus melanjut. Senyuman dan tawa kecil dipenghujung pernyataannya juga selalu ditunggu-tunggu penonton.

Baca Juga

Di acara debat kandidat sesi terakhir tersebut, sang Apa telah berhasil menghipnotis para audien dengan ajakan membudidayakn janeng. Otomatis, tidak perlu menunggu lama; pendukung Apa Karya dan perindu humor, mulai desas desus menyebarluaskan quotes Janeng. Baik itu tulisan singkat, meme dan juga gambar-gambar Janeng lainnya.

Melihat kondisi maya pasca debat kandidat, di berbagai semakin ramai membicarakan tentang Janeng. Sebagai salah seorang pencinta humor, sekaligus generasi yang pernah mengkosumsi janeng; aku pun ikut serta menyemarakkan fenomenal Janeng tersebut.

Setelah mendownload satu meme Janeng yang dibagikan oleh salah seorang teman di akun Facebook. Display picture di akun Bbm pun segera ku ganti. Tiba-tiba perutku keroncongan, Janeng-janeng yang bertebaran tidak membuatku kenyang. Sehingga gadget ku tinggalkan di meja kerja, tanpa menulis satu katapun di personal message. Aku bergegas melangkah ke warung tetangga untuk memesan makan.

Sesaat setelah kembali dari rak Mie Aceh; tempat pesan makanan, aku mendapati teman-teman media sosial tengah gaduh bertanya dan menertawakan display picture yang sebelumnya ku pasang dii akun Bbm.

Satu demi satu kegaduhan teman-teman ku respon dengan emotion-emotion tawa. Tiba-tiba, masuk dua orang teman lulusan sarjana Pendidikan Bahasa Arab.

"Janeng itu apa, Bang?" Tanyanya.

"Kapaloe! Masak gak kenal Janeng? Coba cek DP." Balasku.

"Udah! Sebenarnya Janeng itu apa sih? Kok, aku gak pernah lihat ya!?" Sambungnya lagi penuh penasaran.

"Janeng itu,,,, ya Janeng." Pungkasku dengan emotion mulut yang terbuka lebar.

"Berhati-hatilah! Kalau Apa Karya memenangkan pilkada, orang-orang yang gak kenal Janeng diberi beasiswa kulyah ke luar negeri," tambahku.

"Maksudnya?"

"Disuruh keluar dari bumi Aceh."

"Bulsyiittt!" Balasnya singkat.

"Hahaha. Tunggu aku bahas di artikel nanti," responku menutup chatingan.

Belum selesai ku beranjak dari teman yang di atas, teman sebangku kulyah dulu masuk lagi–membuka chatingan baru dan membuatku ternganga.

"Bang. Janeng itu sejenis Sagu, ya?"

Keningku berkerut drastis. Perlahan jamari jempolku membalas chatingannya, "Wajhu syabahnya, kok jauh panggang dari api?"

"Tapi, dulu aku pernah makan."

"Sebegitukah kamu membenci masa lalumu? Katanya pernah makan. Tapi untuk mendeskriptifnya saja kamu tidak mampu!"

"Itukan masa lalu, Bang." Pungkasnya dengan emotion tawa.

"Tunggu ku bahas di artikel, nanti," balasku mengakhiri chatingannya.

Aku hampir lupa, bahwa; aku sedang menunggu pesanan. Karena biasanya menghabiskan waktu yang panjang untuk menunggu pesanan. Masakan lezat pemilik warung tetangga membuat pemesan selalu harus antrian.

Berbeda saat Janeng kembali fenomenal, terasa tidak lama menunggu pesananku diantar. Padahal ekor kucing belum selesai ku lurusi dengan teman; alumi jurusan bahasa.

Di warung tetangga–sesaat setelah menyantap Mie Aceh, aku memesan kopi sikhan. Sembari menunggu jadwal PDAM, ku nikmati malam dan janjiku dengan cafein-cafein yang tersisa di sudut pelupuk mata.

Malam semakin larut, subtantif bahasan Janeng belum ku sentuh sedikitpun. Padahal azan pertama sedang dikumandang. Tapi, PDAM juga belum datang. Apes benar!

Pemirsa. Janeng itu apa? Cikidot:

Janeng adalah tumbuhan sejenis dengan Gadung. Ia merupakan buah-buahan yang tumbuh dan besar di dalam tanah. Keduanya termasuk katagori Umbi-umbian. Dalam bahasa Indonesia disebut Ubi Iwi atau Ubi racun.

Di artikel singkat ini, penulis belum mampu membagi tentang cara pembuatan sang Janeng. Namun, pengelohan Janeng itu dilakukan secara bertahap. Sehingga penikmat Janeng tidak terkena racun dan tidak terjangkit gatal-gatal saat mengkosumsinya. Pernah di suatu abad, Janeng juga dikosumsi sebagai makanan pokok, pengganti nasi.

"O, Janeng! Kenapa engkau menjadi viral," pikirku membatin–tatkala melihat artikel rampung.

Terimakasih Janeng. Terimakasih, terimakasih-terimaksih.
Engkau, memang benar-benar Janeng!

Banda Aceh, 31/01/2017
Apa Karya Janeng
Apa Karya dan Sang Janengnya

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel